Kamis, 14 Februari 2019

Ayo Rebut Kembali Ruang Publik Dakwah yang dikuasi Wahabi

author photo

NUCIPAYUNG.OR.ID, Depok - Setiap jumpa dengan para "kritikus" bahkan "pengeluh" dakwah selalu muncul pertanyaan; kenapa ustadz/ustadzah "pendatang baru" bisa lebih populer dan memiliki banyak followers?

Kenapa mereka yang dengan pengetahuan dan pemahaman keagamaan biasa-biasa saja mampu menguasai ruang publik?

Dan kenapa pula mereka yang tidak memiliki sanad keilmuan yang jelas bisa memberikan "fatwa" agama, bahkan para pengikutnya juga mempercayainya?

Jawabannya sederhana saja. Pertama, mereka mampu menghadirkan "dakwah" secara lebih "simple" dan lebih "entertaining" dibandingkan cara-cara yang konvensional.

Kedua, mereka secara sadar mampu "menguasai" panggung media penyiaran mainstream dan media sosial sebagai sarana efektif untuk "berdakwah".

Ketiga, kecenderungan masyarakat urban dan generasi milenial lebih menyukai belajar agama secara "shortcut" dan tidak perlu penjelasan yang "njlimet".

Lalu solusinya seperti apa? Jawabannya juga sederhana. Pertama, para kiai muda, gus, ning, cendekiawan, santri, dosen muda jangan lagi diam, jangan di "menara gading", ayo "rebut" kembali ruang publik dakwah.

Kedua, tawarkan konsep dakwah yang menarik ke media mainstream. Jangan menggunakan cara-cara konvensional yang sudah tidak up to date lagi.

Ketiga, aktiflah di media sosial (fb, ig, twitter, youtube dll.). Bikin status, produksi konten (video, audio, flyer), lalu share sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Hadirkan pemahaman agama (sekalipun singkat/ringkas) dengan pesan-pesan yang rahmah.

Terakhir, apa kita tidak malu dengan Gus Mus, Habib Lutfi, Buya Syafii, TGB, Anwar Zahid, Gus Muwafiq, Habib Jindan, Nadirsyah Hosen, dan figur-figur moderat lainnya yang aktif di sosial media?

Gampang bukan? he he

Ngaliyan, 9 Februari 2019
Salam,

Turobul Aqdam

0 komentar


EmoticonEmoticon

Berita selanjutnya Berita selanjutnya
Berita sebelumnya Berita sebelumnya